Cintai Bahasa Arab sebagai Sunnah Nabi Muhammad

QA-TMI. Tepat setelah pelaksanaan shalat ashar berjamaah, beberapa pengurus ISMI beserta 60 orang santri Marhalah Tsanawiyah langsung bergegas menuju Rasda (Radio Suara Dakwah Al-Amien) untuk mengikuti acara seminar kebahasaan yang diadakan oleh bagian pengembangan bahasa (Banansa). Dengan tema “Mencintai Bahasa Arab untuk Menumpas Kebodohan”, acara ini diharapkan menjadi sebuah motivasi yang dapat menarik perhatian santri-santri baru agar tidak ada lagi keraguan dalam hati mereka sehingga dapat bersungguh-sungguh dalam menekuni Bahasa Arab. Acara ini agak memakan waktu dikarenakan para peserta seminar yang tidak datang tepat waktu.
“Kemana budaya Bahasa Arab pondok?”, Tanya Mlm. Iqbalus Surur saat memberi sambutan di awal acara, menyindir kebiasaan buruk para santri yaitu berbicara dengan Bahasa Indonesia. Menurutnya, istilah al-Lughatul ‘arabiyah tajul ma’had sudah goyah dan hampir musnah dikarenakan keseharian para santri yang demikian rusak, tidak seperti dulu, para santri seakan-akan tidak mencerminkan bahwa “ini loh AL-Amien”. Dia berharap, setelah acara ini semuanya berubah menjadi lebiah baik.
Mlm. Sajad sebagai pembicara pertama membuka seminar ini dengan menyampaikan beberapa hal yang sepertinya belum diketahui oleh para peserta seminar. Dimulai dengan sejarah asal muasal lahirnya bahasa arab di timur tengah, dilanjutkan dengan alasan kenapa kita harus belajar bahasa arab dan diakhiri dengan cara belajar bahasa arab yang efektif.
“Nabi Muhammad SAW itu sebagai suri tauladan di muka bumi. Jadi segala sesuatu yang datangnya dari Rasulullah haruslah kita ikuti sebagai umatnya, kita pun akan mendapat pahala dari Allah SWT. Jika Nabi Muhammad SAW minum dengan keadaan duduk, maka kita juga harus minum dalam keadaan duduk. Jika Rasulullah berbicara dengan Bahasa Arab maka kita disunnahkan pula untuk berbicara menggunakan bahasa arab. Maka, setiap kali kita berbicara Bahasa Arab, setiap itulah kita telah melaksanakan sunah Nabi yang berujung pada hadiah berupa pahala dari Allah SWT.”

Mlm. Nasir sebagai pembicara kedua menyampaikan bahwa barang siapa yang meninggalkan (tidak mempelajari) bahasa kaumnya maka ia telah meninggalkan pelajaran-pelajaran agama. Barang siapa yang meninggalkan pelaran-pelajaran agama, maka berarti telah meninggalkan agama Tuhannya. Dan barang siapa yang meninggalkan agama Tuhannya maka sunggul ia telah dekat pada suatu kehancuran. Tidak ada banyak perbedaan, Mlm. Nasir hanya menta’kid apa-apa yang telah disampaikan oleh pembicara pertama.
Acara ini juga dihadiri oleh Mahasiswa Semester I Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IDIA Prenduan, Berkat kerjasama yang harmonis antara BANANSA dengan MPO acara seminar ke-bahasaan yang dilaksanakan dalam naungan kegiatan organisasi ISMI ini berjalan dengan lancar tanpa ada sesuatu yang menghambat. (AS/30/19)
Komentar Terbaru