KH. Moh. Tijani Jauhari, Mutiara Timur Madura Raih Penghargaan Dalam Ajang Madura Award

QA-TMI. Salah satu ciri khas yang dimiliki lembaga pendidikan pesantren ada pada corak khas kepemimpinan Kiai di dalamnya. Kiprah Kiai dalam pesantren tidak pernah bisa dilepaskan dari waktu ke waktu.

Seperti halnya (alm) KH. Moh. Tijani Jauhari, MA, sebagai salah satu Kiai yang mendapat julukan Mutiara Timur Madura,  putra terbaik yang lahir dari tanah Madura, tepatnya di Sumenep, 23 Oktober 1945 M memerankan kiprahnya secara luas, baik sebagai pendakwah maupun sebagai figur intelektual di masyarakat kala itu.

Dalam ajang Madura Award 2019, (alm) KH. Moh. Tijani Jauhari kembali meraih penghargaan sebagai kategori tokoh atau ulama yang berjasa di tanah Madura. Hal ini tentu dapat dibuktikan selama perjalanan hidupnya, (alm) KH. Moh. Tijani Jauhari, MA merupakan salah satu dari sekian cendikiawan bangsa yang sudah berjasa di berbagai bidang, baik pendidikan hingga pembangunan.

Mengenal sosok (alm) KH. Moh Tijani Jauhari, MA selama masa hidupnya, beliau terkenal sebagai ulama yang memiliki inisiator besar terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Madura. Ini terbukti dari salah satu karya fenomenal beliau yang terkangkum dalam buku “Membangun Madura”, beliau juga turut andil sebagai salah satu inisiator pembangunan jembatan yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura (Suramadu).

Pengahargaan sebagai tokoh berjasa di Madura yang dikemas dalam acara Madura Award 2019 ini, langsung diterima oleh KH. Dr. Ahmad Fauzi Tijani, MA, yang dalam hal ini beliau merupakan salah satu putra sulung (alm) KH. Moh. Tijani Jauhari, yang saat ini juga aktif menggantikan peran abah nya sebagai ulama yang berkiprah dalam dakwah nasional hingga internasional.

Saat sesi sambutanya, saat menerima penghargaan Madura Award yang diadakan oleh Jawa Pos Radar Madura (JPRM), di Pendopo Agung Kraton Sumenep Madura, Kiai yang akrab disapa oleh kalangan santri dengan sebutan “Kiai Ahmad” tersebut, menceritakan sekilas peran abah nya selama masa perjalanan hidupnya.

“Beliau merupakan Ulama’ Lokal namun menguasai wawasan Internasional, juga inisiator wacana Madura menjadi propinsi yang sampai kini belum terwujud,” ungkap Kiai yang memperoleh gelar doktoral di Universitas Omdurman Sudan.

Kiai yang juga sekarang aktif sebagai Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, menyampaikan harapan kepada generasi penerus pemikiran Kiai Tijani, khususnya dalam pendidikan.

“Semoga generasi selanjutnya, dapat mengestafetkan nilai-nilai perjuangan almarhum dan mempertahankan sunnah-sunnah almarhum yang sudah memberikan banyak manfaat, dan dapat mengembangkanya menjadi lebih baik, insyaallah,” harap KH. Dr. Ahmad Fauzi Tijani, MA dalam sambutanya di acara Madura Award 2019. (Q_R)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *