Mengabdi kepada Pendidikan, Mengabdi untuk Kebaikan

Salah-satu program unggulan lembaga Tarbiyatul Mu’aliimien Al-Islamiyah (TMI) – Khidmah Tarbawiyah – baru saja telah usai. Program dimulai dengan pemberangkatan kafilah khidmah pada Senin, 3 Februari sampai dengan penjemputan pulang para peserta khidmah pada Rabu, 12 Februari 2020 kemarin. Para kafilah khidmah tahun ini terbagi ke dalam 16 kelompok dan disebar ke 16 lembaga pendidikan berbeda di kecamatan Talango.
Tentu banyak sekali sisa cerita dari setiap kepala yang telah merasakan pengabdian 10 harinya dengan para murid, guru, kiai hingga masyarakat sekitar. Tak terkecuali dengan saya pribadi, dengan 9 orang lainnya yang berkesempatan mengabdi dengan waktu yang relatif pendek ini di Yayasan Al-Khairat Kombang Talango.
Apa yang saya dapat selama 10 hari pengabdian?
Jika melihat dari segi pengalaman, tentu saja ini merupakan hal paling berkesan yang mana tidak bisa didapat oleh teman-teman seumuran di luar sana. Kelas 3 SMA sudah bisa mengajar, berinteraksi langsung dengan masyarakat, mengatur manajemen sekolah, memperbaiki administrasi-administrasi lembaga dan masih banyak lagi. Jika bisa dibandingkan lagi, apa bedanya lulusan TMI dengan lulusan strata 1 di universitas-universitas?
Khidmah Tarbawiyah yang baru saja saya dan teman-teman jalani di Yayasan Al-Khairat juga telah membuka mata saya akan satu hal penting dalam jalannya ritme kehidupan tanah air. Mata saya melihat dengan sangat jelas bahwa tingkat kualitas pendidikan kita (Indonesia) memang bukan suatu hal yang bisa dibanggakan. Masyarakat kita masih memandang pendidikan adalah sebuah formalitas belaka bagi anak-anaknya yang belum sampai umur untuk bekerja. Sebagian dari masyarakat kita masih berpikir bahwa pendidikan itu tak perlu tinggi-tinggi, intinya sudah bisa membaca dari a sampai z, berhitung angka dari 1 sampai 10, lulus, diwisuda, dapat ijazah kemudian kerja.
Meskipun begitu, satu hal yang membuat saya dan kesembilan teman saya sampai saat ini ingin kembali mengabdi adalah semangat juang Yayasan ini dalam usahanya untuk memberikan bekal pengetahuan kepada generasi-generasi muda Indonesia. Bayangkan saja, saat rapat pelaksanaan program pengabdian selama 10 hari yang akan datang, sang Pimpinan Yayasan memasrahkan seluruh mata pelajaran dari MI hingga MTs agar bisa diisi oleh kami. Khusus Bahasa Inggris, kami diminta untuk merombak jadwal pelajaran di MTs. Al-Khairat agar mata pelajaran Bahasa Inggris masuk dalam daftar mata pelajaran setiap harinya. Alasannya adalah karena guru bahasa Inggris yang biasanya mengajar di sekolah ini telah lama pindah. Setelah ditanya bagaimana jika guru-guru pada mata pelajaran yang lain datang, sang pimpinan menjawab bahwa tidak ada guru yang mengajar – artinya setiap hari beliaulah yang mengisi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa adanya tenaga pengajar yang berkompeten benar-benar dibutuhkan di lembaga ini.
Malam pertama pun kami kelinglungan bagaimana cara membagi 10 orang ke dalam 9 kelas dengan mata pelajaran yang berbeda beda. Tak sampai di situ, kami juga harus memikirkan bagaimana cara beradaptasi secepat mungkin untuk menjalankan program-program unggulan seperti les bahasa Inggris, latihan pramuka, drumband dan lain-lain.
Akhirnya, hari pertama kami gunakan untuk full-observation dengan mengunjungi kelas-kelas dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa murid, membuat jadwal baru dengan penyesuaian terhadap beberapa guru tetap (IPA dan Matematika) lalu mengajukannya kepada pimpinan, merevisi, mengajukan lagi sampai akhirnya acc kami terima.
Hari kedua kami mulai terbiasa dengan situasi pengajaran di yayasan ini, kami juga menambah jam siang – yang sebelumnya kosong – denga jam kursus bahasa Inggris dengan peserta dari kelas 4 MI hingga 9 MTs. Sore diisi dengan latihan drumband – bergantian dengan latihan pramuka, dilanjutkan dengan pendalaman ilmu qiraatul Qur’an berupa ilmu tajwid, tartil dan tilawah setelah sholat Maghrib dan berakhir dengan pembelajaran ibadah amaliah sehari-hari yaitu ilmu fiqih – setelah sholat Isya’ sampai jam delapan malam.
Selain kegiatan yang berjalan teratur setiap harinya, kami juga mendapat kesempatan untuk sedikit membantu lembaga membenahi beberapa administrasi sekolah; mulai dari pemasangan bel, hiasan kelas & sekolah, hingga bank data kelas – mulai dari data keadaan guru, pegawai dan murid, struktur organisasi, struktur komite sekolah dan lain-lain.
Kenangan mengabdi untuk Yayasan Al-Khairat ini bukan sekedar kenangan biasa yang mungkin dirasakan oleh kelompok lain. Saat sudah menginjak hari ketiga setelah penjemputan peserta khidmah, kami masih dibayang-bayangi oleh rasa rindu untuk kembali mengabdi. Salah-satu alasan kuat adalah bagaimana seorang pimpinan yayasan mengatur sekian puluhan muridnya – sedangkan kami yang bersepuluh saja terkadang merasa kewalahan. Kami ingin tetap mengabdi walaupun hingga beberapa hari lamanya. Hal ini juga telah kami utarakan di dalam jurnal khidmah yang sudah rampung beberapa hari yang lalu. Selain harapan tersebut, kami – jika diperkenankan oleh Yayasan Al-Khairat dan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan tentunya – ingin beberapa di antara kami bisa menghabiskan masa pengabdian wajib satu tahun nanti di Yayasan Al-Khairat Kombang Talango, juga jika bisa tidak hanya satu tenaga pengabdian.
Akhirnya melalui tulisan ini, saya sebagai perwakilan dari kelompok 16 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pondok TMI Al-Amien Prenduan yang telah mempercayai kami untuk mengikuti salah-satu program unggulannya, yaitu Khidmah Tarbawiyah ini. Berkatnya, kami bisa tahu gambaran tentang pengabdian kepada masyarakat yang sebenarnya pada hari esok setelah kami lulus. Pandangan kami juga menjadi lebih luas akan apa yang harus kami persiapkan semaksimal mungkin sebelum dilepas dan mengabdi di tengah-tengah masyarakat.
Selanjutnya tak lupa kepada Yayasan Al-Khairat – khususnya kepada pimpinan lembaga yang dengan sebar telah mau membimbing kami sepenuhnya dalam 10 hari pengabdian ini – juga kepada masyarakat sekitar, para murid TPQ, MI dan MTs. Al-Khairat Kombang Talango.

Semoga semua yang telah dengan ikhlas mengabdikan dirinya untuk pendidikan agama, bangsa dan negara, mencerdaskan kehidupan pemuda-pemudi negeri serta memperindah alur perjalanan dengan ilmu pengetahuan selalu berada dalam lindungan Allah ta’ala, dengan rahmat dan barokahnya hingga akhirat kelak. Amiin.
*) Moh. Syarif Saifa Abiedillah – Pemred QA tahun 2019-2020 asal Ambunten – Sumenep
Komentar Terbaru