Realisasi Iman dan Impian

Tak sedikit setiap harinya manusia memperkerjakan segala upaya dan usaha mereka dalam mewujudkan impian besarnya. Segala potensi dalam diri tersalurkan dengan kebesaran niat memang layak harus terus diupayakan dengan baik.
Islam tidak membiarkan seorang hambanya berpasrah diri dengan segala situasi dan keadaan hidup yang setiap hari melilit kita. Dengan sebuah mimpi manusia akan senantiasa hidup dalam kesatupaduan semangat sebuah cita-cita. Dengan sebuah mimpi lah setiap individu menaruh harapan terbesar mereka untuk senantiasa menyala, memberikan keberlangsungan hidup setiap waktu.
Begitupulah islam juga tidak akan melenakan manusia untuk mendefinisikan mimpi sekedar menjadi bagian suatu perhitungan yang hampa. Karena dengan sebuah mimpi, Allah sebenarnya ingin berbicara kepada hambanya lewat peluh yang harus kita realisasikan.
Allah senantiasa memberi pelajaran kepada kita, sudah seharusnya kita menjadi bagian dari perenungan kuasa nya, bersyukur atas segala anugerah nikmatnya. Karena sesungguhnya Allah tidak ingin mendiamkan hambanya hanya pada sebuah kepasrahan diri semata, tanpa mecoba untuk berupaya sekuat mungkin meraih kapabilitas seorang muslim yang berkualitas karena takwa nya.

Allah mendelegasikan sebauh hikmah dalam tiap rekam jejak kita pada sebuah mimpi walau hanya sehelai rambut. Tak hanya itu mimpi juga mengajarkan pada kita tentang sebuah kejujuran sebagai fondasi suatu amanah. Mimpi bukanlah sebuah pena putih, yang saat dicoretkan pada suatu sehelai kertas tak bisa menghasilkan sebuah tulisan yang mengagumkan.
Mimpi bisa menjadi sebuah alamat untuk sebuah kisah yang penuh ibroh untuk kita maknai lebih keberadaanya, maka dengan berbuat demikianlah, seharusnya kita dapat merekonstruksi iman kita sepanjang waktu.
Bayangkan, dari sebuah hal kecil saja seperti sebuah impian, islam punya cara tersendiri tentang bagaiamana, menjelaskan, mendefinisikan, mengklasifikasikan, sampai pada sebuah penyedaran, bahwa kita sebetulnya dituntut untuk selalu mengusahakan individu kita masing-masing pada sebuah penyandaran niat dan kemauan yang harus kuat. Maka subhnalllah begitu paripurnanya agama kita, islam mengatur manusia pada sudut-sudut sempit sekalipun yang tak sama sekali tergambar, mengarah pada sebuah tuntutan yang mengatarkan diri pada sang pemilik kehidupan.
Perlunya kita menyadari, bahwa hidup hanyalah potongan peristiwa-peristiwa yang amat sebentar, kita setiap waktu menyambut hari dengan sebuah sambutan hangat mentari, lantas mengakhirinya dengan gemerlap bulan yang perlahan datang untuk menutup mata. Di kesekian rotasi waktu tersebut, apakah kita telah mereflesikan diri kita pada asas kebermanfaatan yang sesungguhnya sebagai khalifah di muka bumi? Atau malah sebaliknya, maka mari menjadikan peluang waktu yang ada, untuk memahami lebih apa yang telah kita perbuat, dan apa yang telah kita perloeh sebagai sebuah amal.
Setiap kaki yang melangkah, sangatlah amat dekat dengan sebuah kematian, dari sini, kita seharusnya patut memberikan sebanyak mungkin nilai kebermanfaatan kepada sesama. Melakukan segala hal selagi itu bisa kita lakukan. Saling berlomba-lomba dalam mengintegrasikan mimpi pada sebuah tindakan yang nyata, di setiap perputaran waktu, akan ada banyak manusia yang dengan kesungguhan, mereka akan berusaha mewujudkan keinginan impian dan cita-citanya.
Maka acap kali, kehidupan menjadi sebuah medan bagi kita untuk berperang memberikan sebuah persembahan terbesar dalam mewujudkan impian. Dan itu semua kembali pada kita memilih jalan seperti apa, jalan sebagai orang yang mewujudkan impian diri kita sendiri, atau jalan untuk menjadi bagian merealisasikan impian orang lain?
Ahad, 09 Agustus 2020
Komentar Terbaru