Mengenal Diri, Menciptakan Kontribusi

  • Judul                     : Menjadi Pemuda, Ber-Tauhid, Ber-Akhlak, Ber-Prestasi
  • ISBN                      : 978-602-04-8816-5 (Digital)
  • Penulis                 : Ahmad Rifa’i Rif’an
  • Penerbit              : PT. Elex Komputindo
  • Tahun Terbit      : Mei 2019
  • Cetakan               : Kedua
  • Tebal Buku          : 226 Lembar

Pernahkah anda, menghadapi situasi interaksi sosial dengan kalangan teman kampus, tetangga, atau bahkan menjalin interaksi dengan orang yang memiliki intelektualitas yang lebih tinggi dari anda, lantas saat itu pula seorang teman mencoba menularkan gagasan atau ide pemikiranya, kemudian mereka semua sulit menerima ide-ide yang ingin dia berikan? Atau bahkan juga anda temui situasi sosial dimana masih ada teman-teman sekitar anda yang masih merasa rendah diri dan tidak percaya diri? Atau bahkan sebaliknya, apakah anda temui sosok teman yang merasa dirinya rendah hati, tidak sombong, dan baik hati terhadap orang lain? Apakah anda juga punya teman karib yang sosoknya tidak terbuka untuk menerima teguran, dan ia merasa baik-baik saja?

Realitanya, tentu kita semua pernah merasakan apa yang sedang dan tengah dihadapi orang-orang diatas. Mungkin, bisa jadi kita sudah menjadi pribadi seperti  gambaran sikap yang ter-ilustrasikan diatas, baik kepada diri sendiri atau pun kepada sesama.

Gambaran pertanyaan diatas, merupakan suatu problem yang harus dientaskan. Lalu apa  problem atau masalah yang sering dihadapi? Sudah pasti tentu, problem atau masalah utama dalam hal demikian, ada pada ‘pengenalan diri.’ Hal ini senada dengan ungkapan yang pernah dilontarkan oleh seorang pemikir filsafat barat, Socrates, “Kenalilah Dirimu.”

Dengan demikian, sudah sangat jelas gambaran tentang permasalahn yang kerap kali dihadapi setiap kebanyakan orang, terutama generasi muda atau kebanyakan dari mereka menyebutnya generasi millenial (Millenial Generation). Hal demikian lah yang sering mereka rasakan. Ketidaktahuan diri sendiri, tentang “Siapakah Aku, dan bagaimana aku merasa diriku.”

Ada salah satu karya inspiratif dari seorang penulis muda, yang memanfaatkan waktu masa  mudanya untuk menulis, menulis, dan menulis. Kontribusi ia torehkan melalui karya tulisnya yang banyak menginspirasi segenap kalangan, terutama para penggiat buku. Ahmad RIfai Rif’an. Pria kelahiran Lamongan Jawa Timur ini merupakan penulis muda, yang sejauh ini saat berusia 27 tahun telah menulis 50 judul buku. Selain itu prestasi yang ia torehkan tentu sangat mumpuni sebagai seorang penulis berusia muda dan produktif, kita bisa bersama melihat karya-karya tulisnya banyak yang diakui sisi sebagai buku best seller. Salah satu karya familiar dan banyak digandrungi penggiat buku,  yaitu ‘Tuhan Maaf, Kami Sedang Sibuk.’

Tak hanya itu, salah satu karya inspiratif dari coretan tangan Ahmad Rifa’i Rif’an ini yaitu, ‘Menjadi Pemuda, Ber-tauhid, Ber-akhlak, Ber-prestasi.’ Buku ini hadir memberikan pencerahan bagi segenap pembacanya. Buku ini merupakan gambaran narasi tentang hal yang seharusnya mulai sedari dini, dipupuk dan diimplementasikan dengan baik. Buku ini membahas tentang tiga hal besar, tauhid, akhlak, dan prestasi. Dengan pencerahan yang membahas tuntas tiga hal inilah, kita bersama bisa mengetahui hakikat diri sendiri, perihal ““Siapakah Aku, dan bagaimana aku merasa diriku.”

Buku ini membahas secara runtun dan jelas, dengan penggunaan bahasa yang lugas dan sederhana. Terkait penggunaan bahasa, bahasa dalam buku ini menggunakan bahasa dakwah. Sehingga tak heran pembahasan dibuku ini bisa digunakan sebagai bahan kajian dakwah tertentu. Dengan penggunaan bahasa yang lugas pula, diharapkan pembaca gampang memahami isi buku ini dengan baik.

Selain itu, sangat disayangkan, ada beberapa hal kekurangan dalam buku ini, salah satu nya terkait warna tulisan dari setiap lembar buku, yaitu berwarna biru. Karena jika kedua indera penglihatan sensitive dengan tulisan berwarna selain hitam, maka akan berdampak pada sikap kejenuhan para penikmat buku karya Ahmad Rifa’i Rif’an ini.

Seperti yang sudah ter-narasikan dalam paragraf awal tadi, pemuda sebagai generasi penerus bangsa masa kini tengah mengalami gejolak dalam dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin deras, hingga asa dan tantangan generasi muda saat ini semakin besar.

Tentu dari perkembangan teknologi inilah, muncul permasalahan-permasalahan baru dan kompleks yang akan dihadapi para generasi muda. Buku ini mengungkapkan bahwa anak muda yang hidup pada zaman millenial ini memiliki kekuatan tantangan yang begitu besar, dan sudah pastinya bukan masalah yang ringan dalam mengatasinya. Ujian terberat yang dihadapi generasi muda saat ini justru berada pada genggaman tangan mereka. Perkembangan gadget yang semakin canggih, dan dunia internet yang penggunaanya tak terbatasi menjadi ujian yang hebar bagi keimanan, kepribadian, serta bagaimana prestasi dan kontribusi kebermanfaatan dalam hidupnya dibentuk.

Titik sasaran yang menjadi tujuan adanya karya inspiratif ini, kita bisa sama-sama mengetahui, bagaimana seharusnya pemuda sebagai generasi penerus bangsa dibentuk sebagai pribadi yang mengenal dirinya sendiri, dan bagaimana kelak ia kan menorehkan tinta emas dan berkontribusi dalam menebar kebermanfaatan kepada sesama.

Sudah pasti, dalam proses membentuk pribadi yang mengenal dirinya sendiri, sebagaimana yang sudah dipaparkan dengan baik dalam karya ini, tentang Ke-Tauhidan. Terkait dengan hal Ke-Tauhidan ini lah yang menjadi titik sasaran bagaimana anak muda hadir tak hanya memiliki kecerdasan intelektualitas semata, tetapi juga cerdas otaknya, indah akhlaknya, serta memiliki sikap religiusitasnya yang tinggi. Mengenai Ke-Tauhidan pula, diharapkan generasi muda yang usia nya masih labil dalam kata lain mudah terpengaruh dengan hal baik ataupun buruk dengan cepat, pemuda perlu memupuk keimanan sedari dini, guna mempunyai iman yang kokoh sebagai pondasi Ke-Tauhidan yang utama.

Tentu ada hal yang berdampak dari generasi muda memiliki sikap Ke-Tauhidan yang kokoh, yaitu Ber-Akhlak. Melalui jalur Ke-Tauhidan tadi kemudian akan tumbuh pohon-pohon yang kuat dan memiliki buah-buah yang manis, berwujud akhlak yang mulia. akhlak mulia datang sebagai pembentuk sikap dari wujud pengenalan diri sendiri.

Generasi muda yang datang hadir di tengah ranah kehidupan sosial dengan bekal akhlak mulia, maka secara langsung  ia akan memberi kontribusi positif bagi keluarga dan masyarakatnya kelak. Dalam dirinya ada sumber inspirasi yang membangun, baik dari sikap dan tingkah laku yang implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.  Tentu menjadi sebuah tanggung jawab mulia, jika kita generasi muda mampu untuk bangkit menjadi pribadi yang berpotensi dan memberikan kontribusi kebermanfaatan di tengah masyarakat luas. Dengan berbekal potensial yang bermanfaat, tentu itu semua hanya dengan satu impian dan cita-cita besar demi terwujudnya keberlangsungan kehidupan umat di masa mendatang.

*Achmad As’ad Abd. Aziz

Anggota AJMI (Aliansi Jurnalis Muda IDIA), Mahasiswa Semester III, Fakultas Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *