Anak Muda dan Semangat Literasi

Verba Artinya, ucapan cepat hilang, sedangkan tulisan abadi terkenang. Dalam bahasa lain, sesuatu yang terucap akan mudah menguap, berbeda dengan valent scripta manent. Demikianlah pepatah Latin mengatakan. sesuatu yang tertulis, yang akan senantiasa abadi. Melalui tulisan, pengetahuan disimpan, disistematisasikan, dibaca, dan akan melahirkan tanggapan, yang pada gilirannya melahirkan transfer wacana. Untuk itu, dunia membutuhkan sebanyakbanyaknya penulis atau pengarang.

Ini pula yang sedang dilakukan oleh anak-anak muda, para redaktur al-Qawiyyul Amin—majalah kreativitas santri TMI Putra—. Sejak dikokohkan dalam seremonial yang sangat sederhana, mereka tancap gas. Mengutak-atik daya kreativitas, bertungkus lumus dalam medan imajinasi, dan lahirlah majalah QA yang dalam kurun waktu yang cukup lama “tidur nyenyak”.

Proses kreativitas dan semangat anak-anak belasan tahun ini tentu saja menggembirakan di satu sisi. Menggembirakan karena dalam waktu sekejap mereka berhasil merampungkan tugas berat keredaksian, dari mulai menyusun konsep majalah, memilih anggota redaktur, mengumpulkan naskah yang berserakan, mendesain, mengajukan contoh majalah, merevisi, merevisi lagi, hingga mendekati wujud “sempurna”. Tapi, di sisi lain, semangat anak-anak muda ini menggelisahkan. Jangan-jangan ini adalah letupan emosi sesaat yang muncul akibat terlalu lama mereka tidak menemukan ruang ekspresi yang representatif. Walau sejatinya, selama ini, mereka sudah mengasah kreativitas dan nalar literasi melalui buletin atau mading yang silih berganti terbit dan tertempel di papan pengumuman di masjid, marhalah, puspagatra, dan lain-lain.

Tidak ada yang salah dengan anak-anak muda di atas. Mereka anak-anak hebat yang membutuhkan sedikit ruang, kesempatan, kebijakan, sekaligus “sentuhan kasih sayang” dari para guru dan stakeholder lainnya. Melalui itu semua, anak-anak muda itu tidak saja mampu menumpahkan gagasan, imajinasi, nalar, kritik, atau bahkan ide-ide “nakal” mereka, lebih dari itu, melalui ruang yang disediakan secara representatif tersebut mereka menemukan “jati diri mereka”. Mereka akan menjadi penulis handal di masanya kelak.

Semangat literasi anak-anak muda di atas seakan menjadi oase di tengah rendahnya budaya menulis masyarakat Indonesia. Coba tengok misalnya, Indonesia setiap tahun hanya mampu menerbitkan 3-4 ribu judul buku baru. Dibandingkan dengan negara maju lainnya, kemampuan publikasi buku masih sangat rendah. Ironis sekali jika dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 judul buku per tahun atau Amerika yang menerbitkan judul buku baru sebanyak 77.000 buah, Jerman Barat sebanyak 59.000 buah, Inggris sebanyak 43.000 buah, dan Prancis sebanyak 37.000 buah.

Rendahnya kuantitas penerbitan buku berbanding lurus dengan rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia yang juga sangat rendah. UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Rata-rata masyarakat di Indonesia membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN, selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Angka tersebut kian timpang saat disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun.

Penerbitan kembali QA, termasuk beragam buletin dan mading yang sudah terbit semarak sebelum ini, mudah-mudahan menjadi penanda baik bagi arus baru kebangkitan budaya literasi di pondok kita. Kita memimpikan para santri senang membaca dan menulis. Di mana-mana santri asyik berkutat dengan buku; di perpustakaan, serambi masjid, di kamar, di jalan, di kelas dan di berbagai

tempat lainnya. Mereka senang menulis; puisi, catatan harian, cerpen, anekdot, atau bahkan sekadar curhat. Kami yakin, para santri mampu melakukan hal itu. Bukankah pondok kita senantiasa memimpikan santrinya kelak menjadi ulama yang intelek! Selamat membaca

Ditulis oleh

H. Moh. Hamzah Arsa. M. Pd

Mudir Marhalah Aliyah Putra/ Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Islam

Dimuat di QA Cetak Edisi April 2019/Rajab 1440

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *